Kenapa aku harus terlahir di dunia? Tidak banyak yang aku ketahui dari dalam
diri ku, tapi dunia yang akan melihatku. Terlahir di kota yang dipimpin seorang
raja, 20 tahun yang lalu, tepatnya 4 September 1992, aku hidup ditenggah kesederhanan Jogja bagian selatan. Sejak
kecil aku sudah terbiasa hidup sendiri, ditinggal bapak dan ibu yang bekerja
dari pagi hingga sore, aku banyak menghabiskan waktu bersama kakek dan nenek
serta teman. Dari sinilah perjalanan ku dimulai.
Mungkin tidak banyak orang yang bisa merasakan indahnya mentar pagi, udara
yang sejuk, kicauan burung dan gemercik air sungai. Tapi ketika kecil aku dapat
merasakannya. Hampir setiap hari aku dan teman – teman ku mengawali pagi dengan
mencari ikan dibalik bebatuan, tidak sulit menemukan kerumunan ikan untuk
ditangkap dan kemudian dijadikan santapan menu sarapan.
Berbagai macam permainan tradisional khas jogja aku mainkan. Ingkling,
jamuran, cublak - cublak suweng, gobaksodor dan masih banyak lainnya. Namun dari
permainan itu semua, permainan favorit ku semasa kecil tentu gobaksodor dan
sepakbola. Untuk gobaksodor, permianan ini sebenarnya dari bahasa Inggris, go back so 'dor', aku tidak tahu maksudnya, tapi inti permainannya adalah menghadang lawan agar tidak bisa lolos melewati garis ke baris terakhir secara bolak-balik, dan untuk meraih kemenangan seluruh anggota grup harus secara lengkap melakukan proses bolak-balik dalam area lapangan yang telah ditentukan. Entahlah, apakah orang Inggris juga memainkan
permainan ini.
Sementara untuk sepakbola adalah olahraga yang akan aku cintai sampai
kapan pun. Aku tidak butuh tanah lapang yang cukup luas untuk memainkan
permainan ini. Semua bisa bermain kapan pun dan dimana pun. Dulu, ketika aku
masih SD aku sering memainkan permainan ini di sawah, tepi sungai, atau pantai.
Liverpool FC salah satu tim favorit ku. Meskipun banyak yang bilang "History FC" , tapi buat aku hidup memanglah berawal dari sejarah. Sejarahlah yang akan membuat kita sampai ada disini.
Banyak hal yang baru ku coba, ketika duduk di bangku SMP aku pernah menulis
sebuah buku, yang berjudul “Bukan Permainan” buku ini bercerita tentang kehidupan sekelompok
pelajar yang hendak menghadapi ujian nasional tapi sebelum ujian dimulai
banyak cerita mistis yang dialami. Serta dipadukan dengan cerita remaja
dengan kehidupan cinta.
Menurut ku menulis itu sederhana, kita dapat berimajinasi apa pun itu tanpa ada beban. Namun semua itu harus ada batasan tertentu. Selain "Bukan Permainan" aku juga pernah membuat buku berjudul "Destroyer" yang bercerita tentang kehidupan warga Jogja sebelum dan sesudah terjadinya gempa 27 Mei 2006. Tapi, semua yang aku tulis hanya untuk konsumsi pribadi dan teman - teman terdekat tidak lebih dari itu.
Menurut ku menulis itu sederhana, kita dapat berimajinasi apa pun itu tanpa ada beban. Namun semua itu harus ada batasan tertentu. Selain "Bukan Permainan" aku juga pernah membuat buku berjudul "Destroyer" yang bercerita tentang kehidupan warga Jogja sebelum dan sesudah terjadinya gempa 27 Mei 2006. Tapi, semua yang aku tulis hanya untuk konsumsi pribadi dan teman - teman terdekat tidak lebih dari itu.
Tidak puas dengan buku, kemudian aku melanjutkan membuat sebuah film
dokumenter dengan judul "About Us". Film ini diproduksi bukan hanya untuk sekedar kenang – kenangan
selepas kelulusan tapi juga sebagai penghasil uang. Hasil dari produksi film
ini kemudian aku pasarkan kepada teman – teman di SMP dengan harga Rp 7.500,00/keping.
Dan hasilnya tidak sedikit yang menaruh minat untuk membelinya.hehehe.
Semua berjalanan begitu menyenangkan, tapi aku dapat melihat banyak orang
yang berjalan sangat sulit untuk dilalui. Hidup seakan tidak adil, kenapa
banyak orang yang sangat kaya, tapi kenapa juga masih banyak orang yang hidup
dibawah bayang - bayang mereka. Hidup dengan jutaan beban yang berat harus
dipikul setiap hari. Aku tahu di dunia ini tidak mudah untuk ku berjalan
seorang diri, aku butuh mereka dan mereka butuh aku.
Semenjak SMA, aku berusah mengajak teman – teman ku untuk melihat mereka. Sedikit
demi sedikit uang saku disisikan untuk mereka. Hingga akhirnya semua merasakan
apa yang mereka rasakan. Aku tidak kaya, aku dari keluarga sederhana, tapi aku
bisa berbuat banyak untuk mereka yang sangat membutuhkan. Jika aku dalam posisi
mereka, sulit untuk melakukan apa yang ingin ku lakukan.
Panti Asuhan Yapitu (XII IPA 3 - 2011), Panti Asuhan Ar Rosyid (Alumni SMP N 1 Sewon - 2012), Panti Asuhan Al Alimiyah (Alumni SMA N 1 Jetis - 2013) dan yang terkahir bantuan untuk adik – adik yang saat ini masih duduk di bangku SMA adalah bagian yang sangat kecil yang dapat aku dan teman - teman ku berikan untuk sedikit membuat warna yang berbeda dalam perjalanan mereka.
Panti Asuhan Yapitu (XII IPA 3 - 2011), Panti Asuhan Ar Rosyid (Alumni SMP N 1 Sewon - 2012), Panti Asuhan Al Alimiyah (Alumni SMA N 1 Jetis - 2013) dan yang terkahir bantuan untuk adik – adik yang saat ini masih duduk di bangku SMA adalah bagian yang sangat kecil yang dapat aku dan teman - teman ku berikan untuk sedikit membuat warna yang berbeda dalam perjalanan mereka.
Sebelum akhirnya aku meneruskan perjalanan di budaya yang berbeda. Meski
pun banyak pilihan perguruan tinggi negeri di Jogja, UGM, UNY, atau UIN, aku
tidak pernah merasa terdapar disini, Institut Manajemen Telkom. Sejak awal aku ingin merasakan kehidupan
yang berbeda dari apa yang telah aku alami selama di Jogja. Bandung adalah
salah satu kota yang mirip dengan Jogja tapi memiliki kultur budaya yang
berbeda.
Bukan sesuatu yang mudah tapi itu tidak berat karena kembali lagi ke tujuan perjalanan awal ku, aku ingin mengetahui banyak hal yang tidak aku ketahui,
termasuk disini. Tapi disini aku tidak ingin membandingkan apa pun itu dengan
asalku. Bagi ku semua memiliki cerita masing – masing dan setiap cerita ada
aku.
Dan tujuan akhir ku, aku ingin berlabuh menjadi bagian dari Trans Corp,
bukan pekerjaan yang mudah untuk mencapai sana, tapi aku punya mimpi, dan mimpi
itu ada diujung jalan yang aku lewati ini semua tergantung dari diri ku. Hanya
usaha dan doa yang bisa mengantarkan ku kesana.
Hari – hari ku isi dengan berpetualang dan mencari sesuatu hal yang baru,
dan menghabiskan waktu sendiri untuk memaknai apa yang aku lihat disetiap
langkah yang ku jejakan dan menjadi diri sendiri adalah hal yang terpenting
dalam perjalanan ini.
0 komentar:
Posting Komentar