Men, apa yang kalian ketahui ciri khas dari Bandung? Kuliner (Ya)Fashion
(Ya) Sarkem (Tidak), eh maksudnya Saritem (Ya)! Tapi kalau menurut gue men, Bandung
itu panas, macet, dan angkot! Disini hampir setiap hari macet men karena
banyaknya angkot. Angkot di Bandung itu punya banyak warna yang berbeda – beda
sesuai dengan jalur yang dilaluinya. Setiap sopir angkot bersaing dengan sopir
lainnya untuk menarik penumpang. “Semakin
banyak penumpang, Semakin banyak sponsor yang ditempel diangkot”- moto
angkot!
Oleh karena itu sopir – sopir angkot ini membuat sesuatu yang baru agar
angkot mereka terlihat berbeda dan menarik jadi penumpang lebih tertarik naik
angkot mereka gitu dari angkot yang lain. Mereka menyediakan fasilitas layar
lcd didalamnya sehingga penumpang dalam perjalan bisa sambil nonton FTV gitu.
Ada juga yang lantai angkotnya dirubah menjadi lantai kramik men ditambah
dengan soundsystem yang memutar berbagai laga kencang jadi kayak konser
keliling gitu. Kalian bisa bayangin suasan kayak dilihat konser di JCC, tapi
ini diangkot men cuma Rp 2.000 keliling Bandung dengan suasana diskotik yoii
gak tu men.
***
Nah, disinilah kisah mistis berawal men. Waktu itu malam hari sekitar pukul
22:00 WIB, aku baru datang dari Jogja kembali ke Bandung, turun distasiun
Kiaracondong. Setelah turun dari kereta, cepat – cepat aku cari angkot menuju
kostan ku yang ada di daerah Dayeuhkolot. Tapi, waktu sudah terlalu malam untuk
mencari angkot. Hanya ada segelintir angkot yang masih lalu lalang dijalanan,
namun bukan jalur menuju Dayeuhkolot.
Setelah lama menunggu, sekitar 30 menit, akhirnya ada angkot berwarna biru,
warna yang sering aku jumpai di daerah sekitar kostan ku. Tak berpikir panjang
aku langsung mendatangi angkot itu dan bertanya, “Dayeuhkolot Bang?”
Tak ada jawaban dari tukang angkot itu, matanya tajam menatap kedepan,
kepalanya hanya mengangguk. Sedik aneh memang, tapi apa boleh buat, kalau tidak
ada angkot ini bisa – bisa tidur distasiun sampai pagi. Angkot ini ternyata
cukup memah, selain tv lcd yang tidak dinyalakan, ada juga sound system dengan
ukuran jumbo ditaruh dibelakang angkot ini.
Ketika angkot ini berjalan baru sound itu berbunyi dengan sangat keras.
Lagu lingsir wengi versi koplo mengiri perjalanan ku menuju kostan.
Hanya aku sendiri, penumpang diangkot itu. Sepanjang jalan terasa sepi,
hanya lampu jalanan yang menerangi perjalanan ku. Jalan Soekarno-Hatta yang
biasanya macet kali ini lancar. Udara dingin membuat bulu kudu merinding.
Suasana yang tidak biasa aku alami, selama naik angkot. Aku baru sadar kalau
ini adalah malam Jum’at Kliwon. Lagu lingsir wengi terus diputar seakan hanya
lagu ini yang menjadi play list di angkot.
Ketika angkot ini, mulai mendekati tempat tujuan ku, aku mengatakan pada
sopir angkotnya untuk berhenti, “Bang, depan kiri ya bang” sekali lagi tidak
ada jawaban dari sopir angkot itu. Jaraknya memang masih sekitar 100 meter, aku
bereskan barang bawaan ku, dan memastikan tidak ada yang tertinggal.
Angkot ini semakin mendekati kost ku, “Bang kiri bang, turun disini saja”
ketika aku hendak beranjak dari tempat duduk, tapi angkot ini tetap berjalan
dengan kecepatan konstan 50 km/jam. Aku batalkan niatku turun karena angkot ini
belum berhenti juga. Sekali lagi aku teriak dengan emosi kepada sopir
angkotnya, “Bang kiri Bang” tak juga ada respon dari sopir untuk menghentikan
angkotnya.
Karena tak kunjung berhenti, sampai kostan ku kini sudah lewat, marah ku
mulai memuncak, aku berteriak sekencang kencangnya, bahkan lebih kencang dari
suara sound yang masih memutar lagu lingsir wengi, “ANGKOOOOOOTTTT
SEEETTTAAAAAN....!!! KIRI WOOIII...!!!” aku tambah dengan jitakan maut yang
mengarah ke kepal botak sopir angkot itu “Cheeeeetttttaaaakkkk....”
Akhirnya tiga kata keluar dari mulut sopir angkot itu, “Anjing Goblok Sia”
dan angkot pun berhenti, 200 meter setelah kost ku. Aku langsung keluar dengan
marah dari angkot itu dengan melempar uang Rp 2.000 kearah sopir itu. Aku putuskan
jalan kaki daripada naik angkot setan lagi.
Bagi kalian yang ingin pergi dengan menggunakan angkot,ingat! jangan pernah naik angkot sendirian.
0 komentar:
Posting Komentar