Home » » Ujian Perjalanan Hidup

Ujian Perjalanan Hidup

Written By Unknown on Minggu, 10 Maret 2013 | 08.17


Didalam film ini menggambarkan suasana Aceh pasca bencana tsunami. Opening dimulai dengan sesorang seniman, Tgk. Reza Indria yang membacakan sebuah puisi ditengah puing – puing yang berserakan karena terjangan gelombang tsunami yang maha dasyat. Hampir semua bangunan disekitar kawasan Pantai Ulee Lheu sudah rata dengan tanah, hanya menyisakan masjid yang berdiri kokoh meskipun kondisinya begitu memprihatinkan namun masih digunakan masyarakat untuk beribadah.



Pohon tumbang, ranting dan sampah, serta kendaraan yang sudah tidak berfungsi lagi berserakan dikawasan Peukan Bada. Air begitu sulit dicari disini. Hanya ada beberapa sumber mata air untuk menghidupi kebutuhan korban tsunami. Dari sudut pandang di angkasa, memperlihatkan betapa dasyat nya gelombang tsunami waktu itu, hingga meluluh lantahkan bumi A­ceh.

Aceh, Maret 2005
Kondisi Aceh perlahan mulai membaik. Di kawasan Simpang Surabaya, kehidupan perekonomi mulai berjalan seperti biasanya. Salah satu warung yang menjajakan kopi khas dari Aceh telah membuka lapaknya kembali. Tak sedikit pembeli yang mendatangi tempat ini untuk bersanatai atau menghilangkan trauma.

Disebuah pondok pesantren atau lebih tepatnya pungisian buat anak anak. di kawasan Kuta Baru, terlihat mereka sedang asik bermain dan sebagian mandi disebuah pemandian umum yang hanya ditutupi dengan kain terpal. Mandi beramai ramai dengan air yang sangat sedikit.

Salah seorang anak bercerita tentang keadaan ketika stunami menerjang Aceh. Suara sirine trus terdengar dimana - mana. Kendaran bergerak satu arah dan semua orang panik berlarian menuju tempat yang dirasa cukup aman. Tak lama berselang air mulai datang dengan begitu derasnya. Dari atap rumah, warga dapat menyaksikan sendiri betapa dasyatnya arus hingga menyeret kendaraan, pohon, rumah, bahkan manusia.

Setelah tsunami mulai berhenti, warga mulai turun kejalanan yang masih tergenang air untuk menyelamatakan barang – barang dan mencari sanak saudara mereka. Mereka berjalan menuju masjid sebagai tempat penginapan.

Ketika adzan Magrib mulai berkumnadang, anak anak pesantren itu mulai berduyun duyun mengambil air wudhu yang ditampung dalam kolam yang cukup besar dan kemudian mereka melanjutkan sholat berjamaah dengan kondisi masjid cukup memprihatinkan karena semua tidak dapat masuk kedalamnya dan sebagian menggelar tikar diluar. Setelah sholat degan serentak semua thalilan dan zikir dengan penuh semanagat,

Dikasawan Lho Nga, sejumlah relawan berdtang dengan membawa slogan "Bangkit Aceh". Kedatangan mereka disambut kesenian dengan alat musik khas aceh. Warga berduyun duyun berkerumun menjadi satu ditempat itu, untuk mencari hiburan dan di akhiri dengan berdoa bersama serta sholawatan.

 Tenda – tenda mulai didirikan untuk tempat pengusian korban meskipun sederhana namun mereka tetap harus menjalani ini semua. Mandi, menyuci dan semuanya dilakukan disungai karena air bersih cukup sulit untuk ditemukan. Bagi mereka ini adalah salah satu ujian dari Yang Maha Kuasa dalam perjalan hidup yang lebih baik.

Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

[Trailer] Opor Operan

Mlaku Mlaku Dab!

Instagram

Tips and Tricks


 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. NB! - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger