Home » , » 1(!)

1(!)

Written By Unknown on Sabtu, 23 Maret 2013 | 20.29

Wajahnya terpampang hampir disegala sudut kota. Dengan no 1 dan warna ungu disetiap poster, tidak lah sulit orang untuk mengenalnya. Inilah sosok calon wakil rakyat yang memiliki sepuluh istri. Namun itu semua tidak berhenti sampai disini. Siang yang panas, perlahan namun pasti, Pak Ahmad dengan pakaian yang lusu meskipun dia menganggap itu adalah pakain terbaiknnya, datang ke rumah calon wali kota itu. Terlihat salah seorang wanita menyambutnya dan mengantarkannya diruang kerja Pak Arman. Ya, wanita itu tidak lain salah satu istri Pak Arman. Disepanjang langkahnya terlihat istri – istri Pak Arman sibuk dengan segala urusan masing – masing. Menyuci, menyapu, memasak adalah bagian dari tugas mereka.





Begitu sampai diruangannya. Terlihat dua wanita sedang sibuk memijat badan dari Pak Arman. Kedatangannya disambut senyum oleh Pak Arman, dengan segera Pak Ahmad mengabil sesuatu dibalik saku nya. Sebuah foto wanita yang cantik jelita terlukis difoto itu. Dia sodorkan dihadapan Pak Arman. Senyum mesum dari Pak Arman memberkian lampu hijau pada pak Ahamad.

“Namanya Andin, masih 18 tahun” jelas Pak Ahmad
“Anak saya” tambah Pak Ahmad.
***
Dimalam yang gelap, disebuah ruang yang multifungsi -sebagai ruang makan, ruang keluarga, dan ruang tamu- Mbok Minah sedang memasang lampu teplok yang dipasang di pojok ruangan sebagai penerangan. Andin anak semata wayang nya sibuk menyiapkan menu makan malam di dapur. Tak lama berselang Bapaknya yang tak lain Pak Ahmad datang dan duduk di ruangan itu.

“Besok Pak Arman mau datang kerumah kita jam 11” ujar nya.
“Pak Arman? Calon wali kota yang punya 10 istri itu?” tanya istrinya penasaran
“Iya, tolong dandani Andin secantik mungkin” pinta Pak Ahmad
“Kenapa, harus cantik?”
“Bapak mau menjodohkan Andin dengan beliau”
“Apa? Pak, anak kita masih sekolah, masa depan menunggunya setelah lulus, jangan bunuh impiannya”
“Masa depan? Kita itu dari keluarga miskin, sangat miskin dengan anak yang bisu. Impin itu hanya dimiliki mereka yang diatas. Ingat itu Bu!”

Mendengar kata – kata itu, langkah Andin yang membawa menu makan malam hanya tiga buah tempe goreng terhenti. Jatuhlah menu makan malam itu kelantai dan berlari menahan tangis ke kamarnya.
Melihat itu, bapaknya pergi meninggalkan ruangan sementara ibunya menghampiri Andin di kamarnya. Didalam kamar Andin tak kuasa menahan tetesan air mata. Ibu nya duduk dan memeluk hangat anaknya tetes demi tetes air mata jatuh kelantai.
***
Siang harinya, jam dinding hampir menunjukan pukul 11, Mbok Minah melihat suaminya menuju rumah bersama rombongan Pak Arman dari balik jendela. Dia memanggil Andin dan memintanya untuk bersembunyi di dalam rumah.

“Nak, sembunyi lah di balik ranjang, semua akan baik – baik saja” pinta ibunya dengan senyum khawatir. Sebelum sembunyi keduanya saling berpelukan.
Tak lama berselang, suaminya dan Pak Arman berserta anak buahnya datang kerumah. Sementara ibunya sibuk dengan urusannya memasang paku di dinding tanpa mempedulikan kedatangan mereka.
“Sialahkan duduk Pak, maaf agak berantakan, mau minum apa?”tanya Pak Ahmad
“Diamana anak mu?” tanya balik Pak Arman
“Oh iya sebentar saya panggilkan” dengan segera pak Ahmad masuk kedalam dan mencari Andin dikamarnya namun tidak ditemukannya. Kemudian dia bertanya pada istrinya.

“Bu, Andin dimana?” tanya Pak Ahmad. Namun tidak ada jawaban dari ibu nya yang masih sibuk memasang paku. Pak Arman nampak tak sabar untuk menunggu dan hendak beranjak pulang.
Dengan suara yang tegas, “Bu, dimana Andin? Tak ada jawaban dari istrinya, hingga akhirnya, habislah kesabaran Pak Ahmad. Di benturkannya kepala istrinya itu ke dinding tiga kali hingga berdarah. Belum sampai disitu. Palu yang dipakai Mbok Minah diambil Pak Ahmad dan dihantamkannya ke kepala istrinya hingga terjatuh dan berlumuran darah.

Kemudian Pak Ahmad mencari kedalam rumah. “Andin..Andin...Andin..” tak ada jawaban. Begitu masuk di kamar istrinya, terdengar suara besi yang disenggol Andin hingga menibulkan bunyi yang langsung ditangkap oleh telinga bapaknya. Namun begitu dilihat lorong ranjang itu tak ada apa – apa hanya seekor tikus yang mencari makan.

Namun, terlihat oleh Pak Ahmad lemari yang bergoyang. Andin yang didalam nya hanya bisa pasrah ketika bapaknya mendekati lemari itu. Dan membuka lemarinya.
***
Tumbuh Andin diseret bapaknya untuk menghadap Pak Arman. Namun sepintas dia melihat ibu nya yang tergeletak dilantai dengan berlumuran darah. Dengan reflek dia mengambil pistol yang terselip dicelana salah seorang anak buah Pak Ahmad dan menghampiri ibunya sambil mengarahkan pistol itu ke arah mereka. Andin mencoba meraba detak nadi nya, dan begitu ibunya sudah meninggal air matanya tak bisa ditahan.

Bapaknya mencoba mendekatinya namun dengan sigap dan penuh amarah, Andin mengarahkan pistol itu kearah bapaknya dan seketika langkanya  terhenti. Andin menuliskan sesuatu ditembok dengan darah ibunya.

Kekuasaan tak akan mampu mengambil harga diri ku

Pistol yang diarahkan ke bapaknya, beralih dikepalanya. Dan dengan tutup mata dan tetesan air mata yang masih mengalir serta hembusan napas terakhir. “Doooorrr....” 
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

[Trailer] Opor Operan

Mlaku Mlaku Dab!

Instagram

Tips and Tricks


 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. NB! - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger